Selasa, 17 Juli 2012

Malam Sunyi di Taman Rot Fai, Thailand



Masih dengan topik keheningan, di sampingnya berjejer pohon pinus yang beberapa daunnya menguning, siap gugur. Tentang seorang gadis duduk di taman Rot Fai yang mampu mengabadikan kereta api tua Thailand. Tak banyak orang di petang itu. Hanya beberapa penduduk asli terlihat mengendarai sepeda.

Hari baru saja gelap saat ia duduk di sana seorang diri, memperhatikan lampu-lampu kendaraan dari kejauhan, mirip kunang-kunang yang kebingungan. Melamun. Ya, perempuan itu cuma melamun.
Tanpa dia tahu seorang lelaki memperhatikannya sejak tadi, menekan berkali-kali nafasnya. Lelaki yang selalu setia menjaganya dari jarak jauh, meski air mata dan cinta dalam dirinya tak pernah diketahui. Perlahan lelaki itu mendekat, sekadar ingin menghibur seandainya saja ia sedang sedih. Tapi perempuan itu tidak bergeming masih bersandar di bangku taman, sehelai daun pinus rontok dan diam di pundak lelaki itu. Seperti sedang menyapa sebuah patung cantik. Angin yang menggoyangkan daun dan dahan pun diacuhkannya, gadis itu diam saja. Melamun.
“Hei, pikirkan apa sih?”
Lelaki itu mengulang usahanya. Berharap bisa berkenalan. Bertukar alamat. Tapi perempuan itu hanya menggeleng, lalu pergi. Masihkah lelaki itu mencintainya?

"Akan terus berharap," tuturnya mantap.

Tapi entahlah. Jika hati tak mudah berkompromi, itu hal biasa. Yang aku takutkan, takdir yang menolak berkompromi

– Di Taman Rot Fai, Thailand –
By Wahyu Tarman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar