Jumat, 20 Juli 2012

Penyambung Tangan Tuhan


Perempuan itu sedang membaca kitab. Tapi sore Sabtu itu, sesampainya di rumah ia kecewa berat karena mendapati hatinya terkoyak, akibat hubungan dualisme ibu dan janin besar yang sangat memprihatinkan. Ia memiliki sebuah analisa, bahwa setiap manusia di dunia ini kemungkinan besar pernah berada di titik-titik krisis menuju pendewasaan diri. Tapi yang ia tidak setuju, janin besar itu masih saja belum dewasa ketika usianya sebaya dengan kakek saya.

Aku paling salut dengan satu hal, ketika seseorang begitu berani menunjukkan kelemahan diri di hadapan ibunya. Tidak semua orang sanggup dan bisa melakukan hal itu. Padahal salah satu modal beragama adalah tunduk pada perempuan penyambung tangan Tuhan itu.

Bagiku kunci kesuksesan dikuasai oleh dua hal, restu Tuhan dan restu ibu. Dalam dialog-dialog saya membahas dualisme antara janin besar dan ibunya yang benar-benar realitas? Hubungan yang menyimpang? Hati serasa ingin mengkritik hubungan dualisme itu. Hubungan yang diyakini abadi itu, dikoyak-koyak oleh kekerasan hati seorang anak. Yang mungkin diciptakan Tuhan sebagai pelengkap pemberontak di akhir zaman. 

Ada pesan dari penulis yang ingin disampaikan:
"Hati ibu yang digoncangkan, sepengetahuan saya adalah anak yang rapuh, jiwa yang menipu. Hati-Hati!"

By Wahyu Tarman
Ditulis dengan kejujuran hati

2 komentar: