Kamis, 19 Juli 2012

Riwayat Tanpa Judul


 

Ia terbangun pada suatu hari ketika gelap mengepung jendela. Tak jelas, apakah ini malam, pagi buta, atau gerhana cincin. Dingin menjelma sebentuk lukisan dan bayangan mirip sayatan niddle di ruang operasi. Di luar jendela, udara hangat oleh daun-daun yang ranum. Sudah lama paru-parunya di isi oleh asap tembakau dalam ruang sempit memilukan. Itu yang membuatnya melangkah kebelakang agar pohon besar itu memberinya sedikit hembusan nafasnya.

Ini adalah sebuah riwayat tanpa judul. Karena tak ada kata yang tepat mendeskripsikan kesedihannya. Bahkan kata 'malam' pun tak mampu menjadi kata yang tepat, meski kata itu menjadi situasi favorit bagi beberapa penulis. Di atas deret jembatan rapuh ia mengaduh pada Tuhan.

"Betapa kini kita telah menempuh dua jalan yang berbeda. Kau berjalan ke timur, dan aku menempuh sisi lain dari bumi ini. Sungguh kau tega amnesia ketika aku di sini, sedang mati-matian melupakanmu."

~ Wahyu Tarman ~
Mengalir begitu saja di marina coffe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar